Mungkin postingan ini ngga ada kaitannya dengan craft ataupun hal-hal yang biasa diposting di blog ini.
Tapi, percayalah bahwa dari sinilah awal blog ini tercipta & karena ada tanggal inilah, akhirnya kami bisa membawa sesuatu yang beda dan akhirnya dijadikan Tuhan sebagai ladang rejeki buat kami berdua.
Dua tahun lalu, di tanggal & jam yang sama..
Kami memulai semuanya cuma berdua. Benar-benar berdua.
Memikirkan dan menyiapkan semua kebutuhan pernikahan dengan budget minimalis, karena hanya mengandalkan tabungan bersama itu rasanya waktu itu super beraaatt.. Tapi, ternyata dengan cerita seperti itu, kami sampai sekarang jadi lebih menghargai setiap detik perjalanan rumah tangga ini. Karena kami memulainya bersama bukan hanya dengan perasaan bahagia, tapi juga dengan perjuangan.
Dan entah kenapa, semenjak bersamanya, saia harus terus berjuang.
Mulai dari hal kecil sampai hal-hal besar.
Ini foto jadulll, taun 2010, waktu masih berapa hari jadian kayaknya, masih bahagia-bahagianya :D
LOh, sekarang masih bahagia, tapi tanggungannya udah banyak, hahaha.
Mungkin banyak orang yang belum tau gimana sejarah kami bisa bersama, karena kami juga selalu males cerita panjang lebar. Yang jelas, yang bikin saia sampe detik ini masih kuat berjuang bersamanya adalah.. karena dia "gila" :D
Kadang, rasanya berat,capek, kesel, tapi manusia aneh ini, walopun susah banget untuk ngasih motivasi yg bagus buat istrinya, minimal dia punya segudang cara buat bikin saia ketawa lagi dan pelan-pelan lupa sama semua yang membebani pikiran.
Dari awal, kami bersikeras untuk hidup berdua, tanpa campur tangan orangtua. Alesannya, karena ngga mau hidupnya terkekang sama aturan-aturan yang bikin nggak nyaman tinggal di rumah dan juga karena dulu, bapak saya pernah bilang, hidup itu baru bener-bener dimulai semenjak kita menikah dan atau punya anak.
Ternyata bener.
Dengan menikah dan hidup mandiri, kami bener-bener belajar "hidup".
Kalo setelah menikah masih tinggal sama ortu, ngga belajar2.
Ngga belajar ngatur keuangan untuk bayar listrik, air, dan banyak kebutuhan lain karena masih numpang. Bangun tidur (mungkin) ngga perlu masak,nyuci, bersih-bersih karena ada pembantu keluarga yang udah ngelakuin itu semua.
Uang pasti masih tersisa banyak buat diri sendiri karena beberapa kebutuhan masih 'nunut' :)
Jadi, kami memutuskan untuk punya rumah sendiri, tapi karena waktu itu kondisinya lagi labil ekonomi, kepake buat nyiapin kawinan.. Kami terpaksa kontrak dulu dengan cita-cita nanti harus punya & beli rumah sendiri, dengan uang bersama.
Dan alhamdulillah, akhirnya di tahun kedua ini, kami segera punya rumah sendiri, walopun harus ngeluarin darah & airmata dulu sebelumnya :D
Dilema terbesar yang terjadi di detik-detik kami mau menikah adalah, saia memutuskan untuk keluar dari pekerjaan saia sebagai Desainer Interior dengan gaji cukup lumayan.
Jadi, cuman satu orang aja yang kerja dan harus membayar cicilan kontrakan rumah tiap bulan, belanja sehari-hari, tagihan listrik-air-internet, daaan masih banyak lagi~
Takut?
Bukan takut lagi, waktu itu kami berdua sampe nangis bareng karena takut ngga bisa menjalani semua itu.
Kenapa saia mutusin untuk keluar dr kantor padahal butuh uang untuk menyambung hidup?
Pertama, karena saia selalu ngerasa ngga cocok kerja di kantor dengan segudang keterbatasan. Saia pengen jadi ibu rumah tangga. Tapi tentunya, yang punya "pekerjaan".
Waktu itu, dengan setengah yakin, saia membesarkan hatinya, bahwa bisnis craft yang akan saia jalani nantinya, pasti akan menghasilkan. Minimal bisa untuk menambal kekurangan kebutuhan sehari-hari.
Ternyata, setelah dijalani, kami ngga pernah kekurangan walopun cuma satu orang aja yang bekerja, di awalnya.
Karena kami berusaha yakin, Tuhan pasti tau apa yang kami butuhkan.
Karena keterbatasan di awal pernikahan itulah, akhirnya kami mebuat sendiri semua printilan pernikahan kami secara handmade.
Ini salah satunya, undangan yang didesain sederhana, tapi supaya gimanaa-gituu, kami buat sebagai pembungkus coklat, supaya yang diundang sungkan kalo ngga dateng, udah makan coklatnya :p
Yang belum tau apa aja printilan pernikahan yang kami buat dua tahun lalu dan gimana keseruannya, bisa klik
di sini,
di sini,
di sini, dan
di sini.. hahaha banyak ya :p
Ternyata, dari sinilah, kemudian rejeki kami berdua, di tahun berikutnya di bukakan. Kami jadi sering membuat printilan pernikahan handmade, untuk orang lain, sampai sekarang :)
Mungkin, karenasetelah menikah, kami langsung dikasih kepercayaan untuk punya momongan.
Karena kami percaya, kalo Tuhan menitipkan sesuatu, Dia juga pasti udah nyiapin semua kebutuhannya.
Ini dia, si pembawa rejeki, beberapa jam setelah ia muncul di dunia.
Ibunya mukanya enggak bangettt >.<
Seperti arti namanya, dia bener-bener anugerah.
Setelah kelahirannya, seolah-olah kran-kran rejeki keluarga kami kemudian dibukakan. Alhamdulillah.
Sekarang kami sudah bertiga, walopun kalo pagi sampe sore, saia tetep berdua sama Daca.
Sudah bertiga, dan tetap berjuang bersama.
Mulai dari harus berjuang ngasih ASI eksklusif, berjuang sehari-hari merawat Daca tanpa bantuan orangtua & pembantu, berjuang melawan ngantuk di pagi hari harus tetep masak untuk makanannya, dll deh.
Tapi, saia seneng, karena saia ngga melakukannya sendiri, tapi berdua.
Kami ngga pernah nitipin anak ke orangtua, lalu kami nonton bioskop dan makan berjam-jam di mal, kami selalu mengajak Daca dalam kegiatan a-pa-pun.
Dengan satu alasan, kalo kami seneng-seneng, dia juga harus ikut ngerasain.
Walaupun kadang rasanya pengen melakukan percobaan bunuh diri berkali-kali saking capeknya, hahahaha.
lebaran pertamanya Daca
Ini waktu lebaran taun 2012, waktu itu Daca masih umur 1minggu & masih sering dibilang "kecil ya, kurus ya" :)
Waktu itu emang kami berdua suka jengah sama semua celotehan itu, perasaan loh anak kami lahir dengan panjang dan berat yang umum, tapi selalu banyak orang yang menilai seperti itu. Karena itulah, kami jadi semangat untuk bikin mereka akhirnya merubah kata-katanya di kemudian hari :)
Dan ini, lebaran setahun kemudian.
Akhirnya, kata-kata mereka berubah :D
Daca bertumbuh jadi anak yang nggak kecil & kurus lagi. Malah dia tumbuh jadi anak yang sangat suka kegiatan-kegiatan akrobatik yang bikin ibunya pengen ngasuransiin jantungnya, hehehe.
Dua tahun ini, begitu banyak kejadian yang kalo diceritain satu persatu bakal jadi novel tebel. Dan saia juga ngga mau mengumbar gimana beratnya perjuangan kami, apa aja yang harus kami lewati. Yang jelas, karena banyak hal yang harus kami perjuangkan bersama inilah yang membuat kami dikuatkan dan ngga bisa menjadi egois.
Kadang saia berpikir, mungkin banyak pria lain yang lebih gimanaa-gituu daripada bapaknya Daca, yang mungkin saia bisa cuman tinggal tidur, ngga harus masak, ngga harus "kerja".
Tapi, saia belum tentu sebahagia ini.
Apakah dia semanis itu?
YA JELAS ENGGAK-LAH :p
Sama seperti saia, dia juga banyak ngeselinnya. Males banget kalo disuruh ngerapiin barang-barang, hobinya tidur, males ngabarin, dan banyak lagi dweh yang bikin kadang pengen nge-wax kumisnya :p
:p
Ini masih dua tahun.
Belum ada apa-apanya.
Masih ada waktu yang sangat panjang untuk terus berjuang,
..dan bersama-sama melihat Daca yang terus tumbuh semakin besar :)
happy anniversary, love~
no cake, no candles, no gifts, we just always celebrate it in a simplest way.
as simple as 'I love you'
<3